Perbedaan buruh dan karyawan: Sebuah topik yang seringkali membingungkan, bahkan bagi mereka yang sudah bergelut lama di dunia kerja. Bayangkan, dua istilah yang tampak serupa, namun menyimpan perbedaan mendasar dalam hal hak, kewajiban, dan perlindungan hukum. Mulai dari definisi yang tertuang dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan hingga perbedaan perjanjian kerja, hak dan kewajiban, perlindungan hukum, dan kesejahteraan, semuanya memiliki nuansa yang berbeda.
Pemahaman yang komprehensif tentang perbedaan ini krusial, baik bagi pekerja maupun pengusaha, untuk memastikan keadilan dan kepastian hukum dalam hubungan kerja. Mari kita selami lebih dalam perbedaan mendasar antara buruh dan karyawan, dan temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganjal.
Perbedaan mendasar antara buruh dan karyawan terletak pada jenis pekerjaan, hubungan kerja, dan perjanjian yang disepakati. Buruh seringkali dikaitkan dengan pekerjaan manual, sementara karyawan meliputi berbagai jenis pekerjaan dengan tingkat keahlian yang beragam. Perjanjian kerja buruh cenderung bersifat jangka pendek dan lebih sederhana, sedangkan perjanjian kerja karyawan lebih kompleks dan seringkali mencakup berbagai hak dan benefit.
Perbedaan ini juga berimplikasi pada perlindungan hukum dan kesejahteraan yang diterima masing-masing pihak. Memahami perbedaan-perbedaan ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang adil dan berkelanjutan bagi semua.
Perbedaan Definisi Buruh dan Karyawan
Mengenal perbedaan antara buruh dan karyawan mungkin tampak sepele, namun pemahaman yang tepat krusial, terutama dalam konteks hukum ketenagakerjaan Indonesia. Istilah ini seringkali digunakan secara bergantian, menimbulkan kebingungan. Padahal, perbedaannya terletak pada aspek hubungan kerja, jenis pekerjaan, dan tingkat keahlian yang dibutuhkan. Mari kita bedah perbedaan mendasar keduanya agar tak lagi salah kaprah!
Definisi Buruh Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia
Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia (UU Ketenagakerjaan) tak secara eksplisit mendefinisikan “buruh” secara terpisah. Namun, istilah ini sering dikaitkan dengan pekerja yang terlibat dalam pekerjaan manual, seringkali di sektor informal, dan memiliki hubungan kerja yang lebih fleksibel atau bahkan bersifat harian. Mereka biasanya bekerja berdasarkan kesepakatan langsung dengan pemberi kerja tanpa adanya kontrak kerja formal yang terikat hukum secara ketat seperti karyawan.
Bayaran mereka pun seringkali dihitung berdasarkan upah per hari atau per satuan pekerjaan yang diselesaikan.
Pahami dulu perbedaan mendasar buruh dan karyawan sebelum memulai bisnis online. Buruh umumnya bekerja berdasarkan upah harian, sementara karyawan mendapat gaji bulanan dengan hak-hak lebih. Nah, jika Anda berencana berjualan online, langkah pertama adalah membuat akun di marketplace. Coba cek panduan lengkapnya di sini: cara daftar akun bukalapak lewat hp untuk memulai usaha Anda.
Setelah akun siap, Anda bisa fokus pada strategi penjualan yang tepat, sesuai dengan kapasitas Anda sebagai buruh atau karyawan. Perbedaan status ini akan memengaruhi waktu dan energi yang bisa Anda alokasikan untuk bisnis.
Definisi Karyawan Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia
UU Ketenagakerjaan lebih fokus pada definisi “pekerja” atau “karyawan”. Karyawan didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja, baik tertulis maupun lisan, dengan pengusaha. Hubungan kerja ini memiliki ikatan hukum yang lebih kuat dibandingkan dengan hubungan kerja buruh. Karyawan biasanya mendapatkan hak-hak lebih terjamin, seperti gaji bulanan tetap, jaminan kesehatan, dan jaminan pensiun, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kerja dan peraturan perundang-undangan.
Perbandingan Definisi Buruh dan Karyawan Berdasarkan Aspek Hubungan Kerja
Perbedaan paling mencolok antara buruh dan karyawan terletak pada aspek hubungan kerja. Hubungan kerja buruh cenderung bersifat lebih kasual dan fleksibel, seringkali tanpa ikatan kontrak kerja formal yang kuat. Sementara itu, hubungan kerja karyawan lebih formal dan terikat oleh perjanjian kerja yang jelas, memberikan perlindungan hukum yang lebih kuat bagi karyawan. Ini berarti, karyawan memiliki hak dan kewajiban yang lebih terstruktur dan terjamin dibanding buruh.
Tabel Perbandingan Definisi Buruh dan Karyawan, Perbedaan buruh dan karyawan
| Aspek | Definisi Buruh | Definisi Karyawan |
|---|---|---|
| Hubungan Kerja | Kasual, fleksibel, seringkali tanpa kontrak formal | Formal, terikat perjanjian kerja (tertulis/lisan) |
| Sistem Pengupahan | Harian, per satuan pekerjaan | Bulanan, terstruktur |
| Perlindungan Hukum | Relatif minim | Lebih terjamin sesuai UU Ketenagakerjaan |
Perbedaan Utama Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Tingkat Keahlian
Secara umum, buruh seringkali terlibat dalam pekerjaan manual yang tidak memerlukan keahlian khusus. Contohnya, pekerja bangunan harian, pengemudi ojek online, atau pekerja serabutan. Sementara itu, karyawan biasanya memiliki jenis pekerjaan yang lebih spesifik dan membutuhkan keahlian atau pendidikan tertentu. Contohnya, programmer, akuntan, dokter, atau guru. Meskipun demikian, garis pembatas ini tidak selalu tegas, dan beberapa pekerjaan bisa dijalankan baik oleh buruh maupun karyawan tergantung pada kesepakatan dan jenis kontrak kerja yang disepakati.
Perbedaan Perjanjian Kerja Buruh dan Karyawan: Perbedaan Buruh Dan Karyawan

Perjanjian kerja merupakan fondasi hubungan antara pekerja dan pemberi kerja. Pemahaman yang tepat tentang perbedaan perjanjian kerja buruh dan karyawan sangat krusial, mengingat implikasi hukum dan hak-hak yang melekat pada masing-masing jenis perjanjian ini. Perbedaannya tidak hanya terletak pada sebutan, namun juga menyangkut durasi kerja, jenis pekerjaan, dan jaminan sosial yang diterima. Mari kita telusuri perbedaan mendasar antara keduanya.
Perbedaan mendasar buruh dan karyawan terletak pada jenis pekerjaan dan hubungan kerja. Buruh biasanya bekerja berdasarkan upah harian dan tidak terikat kontrak jangka panjang, sementara karyawan memiliki kontrak kerja formal. Nah, untuk mempromosikan produk atau jasa yang mungkin digunakan baik buruh maupun karyawan, desain iklan yang menarik sangat penting. Lihat saja contoh-contohnya di contoh poster iklan produk dalam bahasa inggris untuk inspirasi.
Memahami perbedaan buruh dan karyawan penting bagi perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat, menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya beli masing-masing segmen pasar.
Jenis Perjanjian Kerja Buruh
Perjanjian kerja untuk buruh umumnya bersifat jangka pendek dan spesifik pada jenis pekerjaan tertentu. Seringkali, perjanjian ini lebih menekankan pada hasil kerja daripada prosesnya. Jenis perjanjian yang lazim digunakan termasuk perjanjian kerja harian, mingguan, atau berdasarkan proyek. Fleksibelitas menjadi kunci dalam jenis perjanjian ini, menyesuaikan kebutuhan perusahaan dan ketersediaan tenaga kerja. Hal ini sering dijumpai pada sektor informal, seperti pekerja bangunan atau petani musiman.
Lingkup tanggung jawab juga cenderung lebih terbatas dibandingkan dengan perjanjian kerja karyawan.
Jenis Perjanjian Kerja Karyawan
Berbeda dengan buruh, perjanjian kerja karyawan cenderung bersifat jangka panjang dan lebih formal. Perjanjian ini umumnya mencakup uraian tugas yang lebih detail, jenjang karir, dan benefit tambahan seperti jaminan kesehatan dan pensiun. Jenis perjanjian yang umum adalah perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWT) atau perjanjian kerja tetap (PKTT). PKWT sendiri memiliki jangka waktu yang telah ditentukan, sementara PKTT bersifat permanen selama perusahaan masih beroperasi dan kinerja karyawan tetap baik.
Pahami dulu perbedaan mendasar buruh dan karyawan sebelum menjalin kerja sama bisnis. Buruh umumnya terikat kontrak kerja spesifik, sementara karyawan memiliki peran lebih luas dalam perusahaan. Jika Anda berencana membangun kemitraan, perhatikan detail perjanjiannya dengan cermat, seperti yang tertuang dalam contoh surat perjanjian kerjasama partnership yang bisa Anda temukan di contoh surat perjanjian kerjasama partnership.
Kejelasan kontrak akan mencegah kesalahpahaman, terutama terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak, sehingga perbedaan status buruh dan karyawan tak menjadi hambatan dalam kolaborasi bisnis yang sukses. Memastikan kesepakatan tertulis sangat penting, mengingat perbedaan tanggung jawab dan perlindungan hukum antara buruh dan karyawan.
Kesepakatan ini memberikan kepastian dan perlindungan hukum lebih besar bagi karyawan.
Perbandingan Isi Perjanjian Kerja Buruh dan Karyawan
Perbedaan paling mencolok antara perjanjian kerja buruh dan karyawan terletak pada jangka waktu dan hak-hak pekerja. Perjanjian kerja buruh biasanya berjangka pendek, sedangkan perjanjian kerja karyawan bisa jangka panjang atau bahkan tidak terbatas. Hak-hak pekerja karyawan cenderung lebih terjamin, termasuk hak cuti, jaminan kesehatan, dan pesangon. Buruh, tergantung pada jenis perjanjian dan peraturan yang berlaku, mungkin tidak memiliki jaminan yang sama.
Perbedaan mendasar buruh dan karyawan terletak pada jenis pekerjaan dan hak-hak yang diterima. Buruh umumnya terlibat dalam pekerjaan fisik dengan pengawasan langsung, sementara karyawan memiliki peran yang lebih luas dan terikat kontrak. Memulai usaha sendiri, misalnya dengan membeli franchise minuman kekinian seperti mengecek harga franchise Gulu-Gulu Cheese Tea , bisa menjadi alternatif menarik. Namun, mengelola bisnis sendiri juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar daripada menjadi karyawan, sebagaimana perbedaan antara buruh dan karyawan terletak pada tingkat otonomi dan risiko yang ditanggung.
Ketidakjelasan perjanjian kerja buruh seringkali membuat posisi mereka rentan.
Contoh Perjanjian Kerja Buruh: “Perjanjian ini dibuat untuk pekerjaan pembersihan gedung selama 3 bulan, dengan upah harian Rp. 100.000,- dan tidak termasuk jaminan sosial.”
Contoh Perjanjian Kerja Karyawan: “Perjanjian ini dibuat untuk posisi analis data dengan masa kerja tidak terbatas, upah bulanan Rp. 8.000.000,-, dan termasuk jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.”
Perbedaan mendasar buruh dan karyawan terletak pada jenis pekerjaan dan hubungan kerja. Buruh umumnya terlibat dalam pekerjaan fisik dengan pengawasan langsung, sementara karyawan punya peran lebih kompleks dan seringkali memiliki jenjang karier. Nah, untuk memahami lebih dalam tentang dinamika kerja, terkadang kita perlu meluangkan waktu membaca buku-buku terkait manajemen sumber daya manusia, yang bisa Anda temukan di berbagai tempat, misalnya di toko buku selain Gramedia.
Kembali ke topik utama, perbedaan ini juga memengaruhi hak dan kewajiban masing-masing, menunjukkan betapa pentingnya memahami regulasi ketenagakerjaan bagi buruh maupun karyawan.
Poin Perbedaan Isi Perjanjian Kerja Buruh dan Karyawan
- Jangka Waktu: Buruh: Jangka pendek (harian, mingguan, proyek); Karyawan: Jangka panjang (PKWT atau PKTT).
- Hak-hak Pekerja: Buruh: Terbatas, seringkali tanpa jaminan sosial; Karyawan: Lebih terjamin, termasuk cuti, jaminan kesehatan, dan pesangon.
- Jenis Pekerjaan: Buruh: Spesifik, terfokus pada hasil; Karyawan: Lebih luas, meliputi berbagai tanggung jawab.
- Formalitas Perjanjian: Buruh: Seringkali informal; Karyawan: Formal dan tertulis.
- Perlindungan Hukum: Buruh: Relatif lebih rendah; Karyawan: Lebih terlindungi oleh undang-undang ketenagakerjaan.
Perbedaan Hak dan Kewajiban Buruh dan Karyawan

Memahami perbedaan antara buruh dan karyawan penting untuk memastikan perlindungan hukum dan kesejahteraan pekerja. Seringkali, istilah ini digunakan secara bergantian, padahal terdapat perbedaan signifikan dalam hal hak, kewajiban, dan jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Perbedaan ini tercantum dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia dan berpengaruh besar pada kehidupan profesional setiap individu. Mari kita telusuri lebih dalam perbedaan tersebut.
Hak-Hak Buruh Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia
Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia memberikan perlindungan khusus kepada buruh. Mereka berhak atas upah layak, jaminan sosial, cuti, dan lingkungan kerja yang aman. Upah layak ini dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL) di daerah tempat buruh bekerja, dan diatur untuk memastikan kesejahteraan mereka. Hak cuti, misalnya cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan, juga diatur secara rinci untuk memberikan ruang bagi keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi.
Selain itu, buruh juga berhak atas jaminan sosial ketenagakerjaan, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua, yang menjamin perlindungan finansial bagi mereka dan keluarga mereka. Lingkungan kerja yang aman dan sehat juga merupakan hak mutlak buruh, untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Semua ini bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi buruh.
Perbedaan Perlindungan Hukum Buruh dan Karyawan
Perbedaan status buruh dan karyawan seringkali menimbulkan kebingungan, terutama dalam konteks perlindungan hukum. Baik buruh maupun karyawan memiliki hak-hak yang dilindungi oleh undang-undang, namun mekanisme dan cakupannya berbeda. Memahami perbedaan ini krusial untuk memastikan setiap pihak mendapatkan keadilan dan perlindungan yang semestinya. Perbedaan tersebut tak hanya terletak pada akses jalur hukum, namun juga pada jenis sanksi yang diterapkan jika terjadi pelanggaran hak.
Perlindungan Hukum bagi Buruh
Perlindungan hukum bagi buruh diatur secara komprehensif dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Buruh, sebagai pihak yang secara umum berada dalam posisi lebih lemah dalam hubungan kerja, mendapatkan perlindungan khusus. Perlindungan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari upah minimum, jam kerja, cuti, hingga jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Keberadaan serikat pekerja juga berperan penting dalam memperjuangkan hak-hak buruh dan mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan.
- Hak atas upah minimum sesuai standar yang ditetapkan pemerintah.
- Batasan jam kerja dan pengaturan cuti yang melindungi dari eksploitasi.
- Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
- Akses terhadap mekanisme penyelesaian perselisihan kerja, termasuk melalui jalur mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan pengadilan hubungan industrial.
Perlindungan Hukum bagi Karyawan
Karyawan, terutama yang bekerja di perusahaan besar atau dengan status formal, umumnya memiliki perlindungan hukum yang lebih terstruktur. Perjanjian kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis, menjadi dasar hukum dalam hubungan kerja mereka. Selain itu, perusahaan seringkali memiliki kebijakan internal yang mengatur hak dan kewajiban karyawan, yang selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akses karyawan terhadap jalur hukum cenderung lebih mudah karena biasanya perusahaan memiliki departemen hukum atau tim HR yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan.
- Perjanjian kerja yang mengatur hak dan kewajiban secara detail.
- Akses ke program jaminan sosial seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
- Prosedur internal perusahaan untuk penyelesaian perselisihan kerja.
- Potensi akses ke jalur hukum perdata jika terjadi pelanggaran perjanjian kerja.
Perbandingan Akses Jalur Hukum Ketenagakerjaan
Buruh seringkali menghadapi tantangan dalam mengakses jalur hukum ketenagakerjaan karena keterbatasan sumber daya dan pengetahuan hukum. Mereka mungkin perlu bergantung pada bantuan dari serikat pekerja atau LSM untuk mendapatkan pendampingan hukum. Sebaliknya, karyawan, khususnya di perusahaan besar, biasanya memiliki akses lebih mudah ke bantuan hukum internal atau eksternal. Perbedaan ini menciptakan ketidakseimbangan dalam penegakan hukum ketenagakerjaan.
| Aspek | Buruh | Karyawan |
|---|---|---|
| Akses ke bantuan hukum | Seringkali terbatas | Relatif lebih mudah |
| Biaya litigasi | Bisa menjadi kendala besar | Relatif lebih terjangkau |
| Proses hukum | Bisa lebih rumit dan panjang | Potensi lebih cepat dan efisien |
Ilustrasi Perbedaan Akses Perlindungan Hukum
Bayangkan seorang buruh di sebuah pabrik garmen yang mengalami kecelakaan kerja akibat kelalaian perusahaan dalam menyediakan alat pelindung diri. Ia mungkin kesulitan mendapatkan perawatan medis yang memadai dan kompensasi yang layak karena kurangnya pengetahuan hukum dan akses ke bantuan hukum. Sementara itu, seorang karyawan di perusahaan multinasional yang mengalami PHK yang dianggap tidak adil, memiliki akses lebih mudah ke konsultasi hukum dan dapat menggunakan jalur hukum perdata untuk memperjuangkan haknya.
Perbedaan akses ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam sistem perlindungan hukum ketenagakerjaan.
Perbedaan Sanksi Hukum terhadap Pelanggaran Hak
Sanksi hukum atas pelanggaran hak buruh dan karyawan berbeda, bergantung pada jenis pelanggaran dan bukti yang tersedia. Pelanggaran hak buruh, seperti pembayaran upah di bawah standar atau pengabaian keselamatan kerja, dapat dikenakan sanksi administratif, seperti denda, hingga sanksi pidana, seperti penjara. Pelanggaran terhadap karyawan, seperti PHK yang tidak sesuai prosedur, dapat diselesaikan melalui jalur perdata dengan ganti rugi finansial.
Namun, jika terdapat unsur kesengajaan atau kejahatan, sanksi pidana juga dapat dijatuhkan.
Sanksi yang dijatuhkan juga mempertimbangkan tingkat kesengajaan dan dampak yang ditimbulkan oleh pelanggaran tersebut. Besaran denda atau hukuman penjara bisa bervariasi tergantung pada peraturan yang dilanggar dan bukti yang diajukan.
Perbedaan Aspek Kesejahteraan Buruh dan Karyawan
Perbedaan antara buruh dan karyawan seringkali membingungkan, terutama dalam hal kesejahteraan. Meskipun keduanya sama-sama berkontribusi pada roda perekonomian, akses dan jenis program kesejahteraan yang mereka terima dapat sangat berbeda. Memahami perbedaan ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan setara bagi semua pekerja.
Aspek Kesejahteraan yang Diterima Buruh
Kesejahteraan buruh seringkali bergantung pada jenis pekerjaan dan sektor industri tempat mereka bekerja. Secara umum, kesejahteraan buruh cenderung lebih terbatas dibandingkan karyawan. Mereka mungkin mendapatkan upah minimum, dengan sedikit atau tanpa tambahan benefit. Beberapa buruh mungkin mendapatkan tunjangan kesehatan dasar, tetapi cakupannya biasanya terbatas. Program pensiun formal pun seringkali tidak tersedia, membuat masa pensiun mereka menjadi tantangan tersendiri.
Ketidakpastian ekonomi menjadi realita sehari-hari yang mereka hadapi.
Banyak buruh yang mengandalkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi risiko kesehatan dan masa tua. Jaring pengaman sosial menjadi sangat krusial, tetapi seringkali tidak memadai. Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya upaya pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan perlindungan sosial bagi kelompok pekerja ini.
Aspek Kesejahteraan yang Diterima Karyawan
Karyawan, khususnya dalam perusahaan formal, biasanya menikmati paket kesejahteraan yang lebih komprehensif. Benefit ini bervariasi tergantung pada perusahaan, posisi, dan negosiasi serikat pekerja. Namun, secara umum, karyawan cenderung mendapatkan upah yang lebih tinggi, tunjangan kesehatan yang lebih lengkap, program pensiun, cuti tahunan, bonus, dan kesempatan pengembangan karir. Kestabilan pekerjaan dan jaminan sosial relatif lebih terjamin dibandingkan buruh.
Perusahaan besar seringkali menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk akses ke dokter spesialis dan rumah sakit terkemuka. Program pensiun, baik yang dikelola oleh perusahaan maupun melalui skema pemerintah, juga menjadi standar. Hal ini memberikan rasa aman dan kepastian finansial di masa depan bagi karyawan.
Perbandingan Program Kesejahteraan Buruh dan Karyawan
Perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan buruh dan karyawan terlihat jelas dalam akses terhadap berbagai program. Ketimpangan ini memerlukan perhatian serius untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan dalam dunia kerja.
| Program Kesejahteraan | Buruh | Karyawan |
|---|---|---|
| Upah | Seringkali upah minimum, rentan terhadap fluktuasi | Upah lebih tinggi, cenderung stabil, seringkali dengan bonus dan insentif |
| Tunjangan Kesehatan | Terbatas, akses ke fasilitas kesehatan mungkin terbatas | Cakupan luas, akses ke fasilitas kesehatan yang lebih baik |
| Program Pensiun | Seringkali tidak ada, atau terbatas pada program pemerintah yang mungkin kurang memadai | Program pensiun perusahaan dan/atau pemerintah yang lebih komprehensif |
| Cuti | Cuti terbatas, kadang tidak dibayar | Cuti tahunan, cuti sakit, cuti melahirkan yang dibayar |
Perbedaan Akses terhadap Fasilitas Kesehatan dan Program Pensiun
Perbedaan paling mencolok antara kesejahteraan buruh dan karyawan terletak pada akses terhadap fasilitas kesehatan dan program pensiun. Karyawan di perusahaan formal biasanya memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan yang berkualitas dan program pensiun yang terjamin. Sebaliknya, buruh seringkali harus menanggung sendiri biaya kesehatan dan masa pensiun mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap risiko finansial.
Contohnya, seorang karyawan di perusahaan besar mungkin memiliki akses ke asuransi kesehatan yang menanggung sebagian besar biaya perawatan medis, termasuk perawatan rawat inap dan pengobatan spesialis. Sementara itu, seorang buruh harian lepas mungkin harus membayar biaya pengobatan dari kantong sendiri, yang dapat menjadi beban finansial yang berat jika mereka mengalami sakit atau cedera. Begitu pula dengan program pensiun, karyawan seringkali mendapatkan kontribusi dari perusahaan, sementara buruh mungkin hanya mengandalkan tabungan pribadi atau program jaminan sosial pemerintah yang mungkin tidak mencukupi.