Opini tentang Sosial Media: Dampak dan Pengaruhnya. Dunia maya telah menjelma menjadi ruang publik baru, tempat pertukaran informasi, interaksi sosial, dan bahkan pertarungan ideologi berlangsung dengan intensitas tinggi. Dari jejaring pertemanan yang meluas hingga potensi isolasi yang mencekam, dari peluang bisnis yang menjanjikan hingga ancaman hoaks yang meresahkan, media sosial menghadirkan paradoks yang kompleks. Pengaruhnya terhadap kehidupan kita, mulai dari ranah pribadi hingga skala global, begitu signifikan sehingga memerlukan pemahaman yang kritis dan bijak.
Mari kita telusuri bagaimana media sosial membentuk realitas kita, baik dalam konteks positif maupun negatifnya, dan bagaimana kita dapat menavigasi dunia digital ini dengan lebih bertanggung jawab.
Perkembangan pesat media sosial telah mengubah lanskap komunikasi dan interaksi manusia. Sebuah fenomena yang begitu masif ini tak pelak menghadirkan dampak yang multifaset, mulai dari mempermudah akses informasi hingga memicu polarisasi opini publik. Dari sisi ekonomi, media sosial menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis digital, namun di sisi lain juga menimbulkan tantangan baru bagi UMKM dan para pelaku usaha.
Aspek budaya dan etika pun tak luput dari pengaruhnya, membutuhkan literasi digital yang memadai agar kita dapat memanfaatkannya secara bijaksana dan bertanggung jawab. Analisis mendalam tentang dampak sosial media ini menjadi penting untuk memahami dinamika masyarakat modern dan membangun masa depan digital yang lebih baik.
Dampak Sosial Media terhadap Kehidupan Sosial
Era digital telah membawa revolusi komunikasi, di mana media sosial menjadi aktor utama. Platform-platform ini, awalnya dirancang untuk menghubungkan orang, kini telah membentuk ulang interaksi sosial kita, dengan dampak yang kompleks dan berlapis. Dari mempererat ikatan hingga memicu isolasi, pengaruh media sosial terhadap kehidupan sosial kita sungguh luar biasa dan patut untuk kita cermati secara mendalam. Baik dampak positif maupun negatifnya, perlu kita pahami agar kita dapat memanfaatkan teknologi ini secara bijak dan bertanggung jawab.
Sosial media, pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memudahkan promosi, misalnya bagi para pelaku UMKM kuliner yang ingin mengetahui jualan makanan paling laris saat ini untuk memaksimalkan keuntungan. Namun di sisi lain, intensitas penggunaan media sosial yang berlebihan bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan produktivitas. Kita perlu bijak memanfaatkannya, agar dampak positifnya lebih terasa daripada dampak negatifnya.
Fokus pada strategi pemasaran yang efektif dan berkelanjutan, bukan hanya mengandalkan tren viral sesaat, adalah kunci keberhasilan di era digital ini.
Dampak Positif dan Negatif Media Sosial terhadap Interaksi Sosial
Media sosial, seperti pisau bermata dua, menawarkan potensi besar untuk memperluas jaringan sosial dan mempererat hubungan, namun di sisi lain juga menyimpan risiko isolasi dan distorsi interaksi. Berikut perbandingannya:
| Aspek | Dampak Positif | Dampak Negatif | Contoh |
|---|---|---|---|
| Interaksi Antar Individu | Memudahkan komunikasi jarak jauh, memperluas jaringan pertemanan, memperkuat ikatan komunitas. | Menimbulkan kecenderungan perbandingan sosial, memicu konflik virtual, mengurangi interaksi tatap muka. | Grup WhatsApp keluarga yang aktif vs. perdebatan politik yang memanas di media sosial. |
| Pembentukan Hubungan | Memudahkan pencarian pasangan, membangun komunitas minat, memperluas kesempatan kolaborasi. | Memunculkan hubungan yang dangkal, meningkatkan risiko penipuan online, menciptakan persaingan tidak sehat. | Teman lama yang terhubung kembali melalui Facebook vs. hubungan palsu yang dibangun di aplikasi kencan online. |
| Akses Informasi dan Dukungan | Memudahkan akses informasi, berbagi pengalaman, dan mendapatkan dukungan dari komunitas. | Penyebaran informasi hoaks, cyberbullying, tekanan sosial online. | Dukungan komunitas online untuk penderita penyakit langka vs. serangan siber terhadap individu. |
Ilustrasi Interaksi Sosial Sebelum dan Sesudah Era Media Sosial
Bayangkan dua ilustrasi. Ilustrasi pertama menggambarkan sebuah warung kopi di tahun 1990-an. Beberapa orang duduk berkelompok, berbincang hangat, berbagi cerita, dan tertawa lepas. Interaksi bersifat langsung, spontan, dan penuh empati. Kontak mata, bahasa tubuh, dan nuansa suara menjadi elemen penting dalam komunikasi.
Ilustrasi kedua menunjukkan kafe yang sama di era sekarang. Beberapa orang duduk sendiri, masing-masing asyik dengan ponselnya. Meskipun berada di tempat yang sama, mereka terisolasi dalam dunia digitalnya masing-masing. Interaksi tatap muka minimal, percakapan lebih terfragmentasi, dan emosi lebih sulit dibaca. Kedua ilustrasi ini mencerminkan pergeseran signifikan dalam cara kita berinteraksi, di mana media sosial telah mengubah dinamika sosial kita.
Sosial media, pisau bermata dua; menghubungkan sekaligus menjauhkan. Kita terhubung secara global, namun interaksi nyata seringkali terkikis. Pernahkah Anda berpikir, kesibukan berbagi di dunia maya ini sebandingkah dengan waktu yang dihabiskan untuk hal-hal konkret? Seperti misalnya, mengetahui bahwa mainan kesayangan masa kecil kita, Lego, ternyata terbuat dari apa?
Coba cek di sini lego terbuat dari apa untuk sedikit perspektif. Kembali ke sosial media, pertanyaannya tetap sama: apakah kita benar-benar terhubung, atau hanya terjebak dalam ilusi koneksi yang dangkal?
Pengaruh Media Sosial terhadap Pembentukan Identitas dan Citra Diri Remaja
Remaja, dengan identitas yang masih berkembang, sangat rentan terhadap pengaruh media sosial. Platform-platform ini seringkali menampilkan citra ideal yang tidak realistis, memicu perbandingan sosial dan tekanan untuk memenuhi standar kecantikan atau kesuksesan tertentu. Hal ini dapat berdampak negatif pada citra diri dan kepercayaan diri remaja, bahkan memicu gangguan makan atau depresi. Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi wadah bagi remaja untuk mengeksplorasi identitas mereka, menemukan komunitas yang mendukung, dan membangun rasa percaya diri.
- Tekanan untuk menampilkan citra sempurna di media sosial.
- Perbandingan diri dengan orang lain yang diidealkan.
- Pengaruh negatif terhadap kesehatan mental remaja.
- Potensi untuk menemukan komunitas dan jati diri.
Potensi Isolasi Sosial Akibat Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan
Paradoksnya, media sosial yang dirancang untuk menghubungkan orang justru dapat memicu isolasi. Penggunaan yang berlebihan dapat menggantikan interaksi dunia nyata, menyebabkan penurunan kualitas hubungan interpersonal, dan memicu perasaan kesepian. Individu dapat terjebak dalam lingkaran virtual, kehilangan kontak dengan lingkungan sekitar, dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang berarti.
Sosial media, pisau bermata dua; memberikan koneksi namun juga memicu perbandingan. Kita sering terjebak dalam pusaran konten, lupa merawat keseimbangan hidup. Nah, untuk menyegarkan pikiran dan menemukan keseimbangan di tengah hiruk-pikuk digital, coba deh eksplorasi gaya hidup sehat dan menyenangkan seperti yang dibahas di dan dan fun healthy. Dengan begitu, kita bisa bijak menggunakan sosial media, tidak lagi terpaku pada persepsi sempit tentang kesuksesan dan kebahagiaan yang seringkali disajikan secara tidak realistis di sana.
Intinya, keseimbangan adalah kunci untuk menikmati manfaat sosial media tanpa terjerat dampak negatifnya.
Pengaruh Media Sosial terhadap Hubungan Keluarga, Opini tentang sosial media
Media sosial juga mempengaruhi dinamika keluarga. Meskipun dapat mempermudah komunikasi antar anggota keluarga yang terpisah jarak, penggunaan yang tidak terkontrol dapat mengurangi waktu berkualitas bersama, memicu konflik, dan menghambat perkembangan emosional anak. Perhatian yang terpecah antara anggota keluarga dan layar ponsel dapat menimbulkan kesalahpahaman dan menurunkan kualitas hubungan.
- Kurangnya interaksi tatap muka dalam keluarga.
- Konflik yang dipicu oleh aktivitas media sosial.
- Pengaruh negatif terhadap perkembangan anak.
- Pentingnya keseimbangan antara penggunaan media sosial dan waktu berkualitas bersama keluarga.
Pengaruh Media Sosial terhadap Politik dan Informasi

Era digital telah melahirkan revolusi informasi yang dahsyat, di mana media sosial menjadi aktor utama. Platform-platform ini, awalnya dirancang untuk menghubungkan manusia, kini menjelma menjadi medan pertarungan opini, arena penyebaran informasi, dan bahkan alat manipulasi politik yang ampuh. Pengaruhnya terhadap opini publik, khususnya dalam ranah politik, begitu besar dan kompleks, menuntut pemahaman yang kritis dan bijak.
Media Sosial dan Pembentukan Opini Publik Politik
Media sosial telah mengubah lanskap politik secara fundamental. Informasi, baik yang akurat maupun yang menyesatkan, menyebar dengan kecepatan luar biasa. Algoritma yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna seringkali justru memperkuat gelembung filter (filter bubble), di mana individu hanya terpapar informasi yang sesuai dengan keyakinan mereka, sehingga memperkuat polarisasi dan menghambat dialog yang konstruktif. Akibatnya, opini publik mudah termanipulasi, terutama oleh pihak-pihak yang memiliki agenda tertentu.
Era digital melahirkan opini beragam tentang sosial media; ada yang menganggapnya sebagai jendela dunia, ada pula yang melihatnya sebagai sumber kecemasan. Namun, di tengah hiruk-pikuknya, mencari ruang personal untuk merefleksikan diri tetap penting. Cobalah tuangkan perasaanmu ke dalam buku diary, dengan menghiasnya secara kreatif—cari inspirasi di sini, cara menghias buku diary —agar proses penuangan emosi terasa lebih personal dan bermakna.
Sebuah oase ketenangan di tengah badai informasi sosial media yang tak pernah berhenti bergulir.
Kampanye politik, misalnya, kini banyak memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pemilih, membangun citra, dan mempengaruhi persepsi publik. Strategi ini terkadang disertai dengan penyebaran informasi yang bias atau bahkan hoaks, yang dapat berdampak signifikan pada hasil pemilu atau keputusan politik lainnya.
Manipulasi Informasi di Media Sosial dan Dampaknya
“Manipulasi informasi di media sosial sangat berbahaya karena dapat merusak kepercayaan publik dan mengancam demokrasi. Kecepatan penyebaran informasi yang salah, ditambah dengan algoritma yang memperkuat bias konfirmasi, membuat sulit bagi masyarakat untuk membedakan fakta dari fiksi.”
(Contoh kutipan pakar, misalnya seorang ahli komunikasi politik).
Kutipan di atas mencerminkan realitas yang kita hadapi. Kecepatan penyebaran informasi di media sosial membuat sulit untuk memverifikasi kebenaran berita sebelum tersebar luas. Akibatnya, hoaks dan informasi menyesatkan dapat dengan cepat menjadi viral, menimbulkan keresahan sosial, mengoyak kesatuan bangsa, dan bahkan memicu konflik. Kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah dan media massa pun dapat tergerus akibat maraknya informasi palsu yang beredar.
Sosial media, pisau bermata dua; dampaknya terhadap kehidupan kita begitu kompleks. Kita terhubung secara global, namun juga terjebak dalam gelembung informasi. Bicara soal koneksi, tahukah Anda sejarah Bank BRI? Mengetahui siapa pendiri Bank BRI memberi perspektif lain tentang bagaimana institusi besar dibangun, sebuah proses yang jauh lebih kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama daripada membangun jejaring sosial media.
Perbedaannya terletak pada keberlanjutan dan dampak jangka panjang, yang sayangnya seringkali luput dari perhatian kita di era serba instan ini. Intinya, bijaklah dalam menggunakan sosial media, karena dampaknya setara dengan pengaruh sebuah institusi keuangan besar seperti BRI.
Peran Algoritma dalam Membentuk Persepsi dan Bias Informasi
Algoritma media sosial, yang dirancang untuk memaksimalkan engagement, berperan besar dalam membentuk persepsi dan bias informasi. Sistem rekomendasi yang personalisasi menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga menciptakan gelembung filter yang membatasi paparan terhadap perspektif yang berbeda. Hal ini dapat memperkuat bias kognitif, memperburuk polarisasi politik, dan menghambat pemahaman yang komprehensif terhadap isu-isu kompleks.
Bayangkan, jika seseorang hanya mengikuti akun-akun yang menyuarakan pandangan yang sama, maka ia akan semakin terisolasi dari informasi alternatif dan rentan terhadap manipulasi informasi.
Strategi Efektif untuk Memverifikasi Informasi di Media Sosial
Di tengah banjir informasi di media sosial, kemampuan untuk memverifikasi informasi menjadi sangat krusial. Berikut beberapa strategi efektif yang dapat diterapkan:
- Periksa sumber informasi: Identifikasi sumber berita dan cek kredibilitasnya. Apakah sumber tersebut dikenal independen dan terpercaya?
- Bandingkan dengan sumber lain: Jangan hanya mengandalkan satu sumber informasi. Bandingkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
- Gunakan fact-checking website: Manfaatkan situs web pemeriksa fakta untuk memverifikasi kebenaran informasi yang diragukan.
- Waspadai informasi yang bersifat sensasional atau emosional: Informasi yang dirancang untuk memancing emosi seringkali kurang akurat dan bertujuan untuk manipulasi.
- Periksa tanggal dan konteks: Pastikan informasi yang Anda baca masih relevan dan konteksnya tepat.
Aspek Ekonomi dan Bisnis di Media Sosial: Opini Tentang Sosial Media

Media sosial telah berevolusi dari sekadar platform berbagi informasi menjadi mesin ekonomi yang dinamis. Miliaran pengguna aktif setiap harinya menciptakan pasar digital yang luas, membuka peluang bisnis tak terbatas, sekaligus menghadirkan tantangan baru bagi pelaku usaha, dari UMKM hingga korporasi raksasa. Pengaruhnya terhadap perekonomian digital begitu signifikan, membentuk lanskap bisnis yang terus bergeser dan beradaptasi.
Keuntungan dan Kerugian Bisnis Online di Media Sosial
Berbisnis di ranah digital menawarkan aksesibilitas yang tak tertandingi, namun juga penuh lika-liku. Perlu pertimbangan matang untuk memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalisir kerugian. Berikut perbandingannya:
| Keuntungan | Kerugian | Contoh Kasus | Catatan |
|---|---|---|---|
| Jangkauan pasar luas dan tertarget | Persaingan yang ketat | Toko online pakaian sukses menjangkau konsumen di seluruh Indonesia melalui Instagram, namun menghadapi persaingan ketat dari brand serupa. | Strategi pemasaran yang tepat sangat krusial. |
| Biaya operasional yang relatif rendah | Ketergantungan pada algoritma platform | UMKM makanan rumahan mampu menjual produknya dengan biaya pemasaran yang minimal lewat Facebook, namun terkendala jangkauan jika algoritma platform berubah. | Diversifikasi platform dan strategi pemasaran penting. |
| Kemudahan berinteraksi langsung dengan pelanggan | Potensi kerugian akibat penipuan online | Brand kecantikan mampu membangun loyalitas pelanggan lewat respon cepat dan personal di Twitter, namun rentan terhadap serangan negatif dan penipuan. | Sistem keamanan dan layanan pelanggan yang responsif wajib dimiliki. |
| Fleksibelitas waktu dan lokasi | Tantangan dalam pengelolaan reputasi online | Freelancer desain grafis mampu bekerja dari mana saja dan kapan saja lewat platform media sosial, tetapi harus menjaga reputasi profesionalnya secara konsisten. | Membangun citra positif dan konsisten sangat penting. |
Media Sosial sebagai Alat Pemasaran dan Promosi
Media sosial bukan sekadar tempat bersosialisasi, melainkan juga menjadi tulang punggung strategi pemasaran modern. Dengan fitur-fitur interaktif dan jangkauan yang luas, media sosial memungkinkan bisnis untuk terhubung langsung dengan audiens target, membangun brand awareness, dan mendorong penjualan. Hal ini diwujudkan melalui berbagai strategi yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing platform.
Strategi Pemasaran Efektif di Berbagai Platform Media Sosial
Suksesnya pemasaran di media sosial bergantung pada pemahaman mendalam akan karakteristik setiap platform dan target audiens. Berikut beberapa contoh strategi yang terbukti efektif:
- Instagram: Fokus pada konten visual yang menarik, memanfaatkan fitur Instagram Shopping, dan berkolaborasi dengan influencer.
- Facebook: Membangun komunitas melalui grup Facebook, menjalankan iklan bertarget, dan memanfaatkan fitur Facebook Live untuk interaksi langsung.
- Twitter: Membangun engagement melalui cuitan yang informatif dan engaging, memanfaatkan hashtag yang relevan, dan merespon pertanyaan atau keluhan pelanggan dengan cepat.
- TikTok: Memanfaatkan tren yang sedang viral, membuat konten video pendek yang kreatif dan menghibur, dan berkolaborasi dengan TikToker.
- YouTube: Membuat konten video berkualitas tinggi, mengoptimalkan video, dan berinteraksi dengan penonton di kolom komentar.
Tantangan dan Peluang UMKM dalam Memanfaatkan Media Sosial untuk Berbisnis
UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian digital, dan media sosial menjadi jembatan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan daya saing. Namun, tantangan tetap ada. Perlu strategi yang tepat dan adaptasi yang cepat terhadap perubahan tren digital.
- Tantangan: Keterbatasan sumber daya, persaingan yang ketat, dan kesulitan mengelola reputasi online.
- Peluang: Akses ke pasar yang lebih luas, biaya pemasaran yang relatif rendah, dan kemudahan berinteraksi langsung dengan pelanggan.
Dampak Media Sosial terhadap Perekonomian Digital
Media sosial telah menjadi katalis pertumbuhan ekonomi digital. Dampaknya terlihat dari berbagai aspek, mulai dari peningkatan akses pasar hingga munculnya lapangan kerja baru. Berikut beberapa poin penting:
- Pertumbuhan ekonomi digital: Media sosial mendorong transaksi online, meningkatkan pendapatan pelaku usaha, dan menciptakan lapangan kerja baru.
- Peningkatan akses pasar: Bisnis, khususnya UMKM, dapat menjangkau konsumen di seluruh dunia melalui media sosial.
- Inovasi dan kreativitas: Media sosial mendorong munculnya inovasi produk dan layanan baru, serta kreativitas dalam pemasaran.
- Peningkatan literasi digital: Penggunaan media sosial meningkatkan literasi digital masyarakat, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
Etika dan Budaya Digital di Media Sosial
Media sosial, pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menghubungkan milyaran manusia, memfasilitasi kolaborasi dan akses informasi. Di sisi lain, ia juga menjadi lahan subur penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berbagai kejahatan siber. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang etika dan budaya digital menjadi krusial untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalisir dampak negatifnya.
Pedoman Etika Bermedia Sosial
Bermedia sosial tak ubahnya berinteraksi di dunia nyata, hanya saja berwujud digital. Etika dan tanggung jawab menjadi kunci agar ruang digital tetap aman dan nyaman. Berikut beberapa pedoman yang perlu dipegang teguh:
Bersikaplah bijak dan bertanggung jawab dalam setiap unggahan. Verifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Hormati privasi orang lain dan hindari penyebaran informasi yang bersifat pribadi tanpa izin. Gunakan bahasa yang santun dan hindari ujaran kebencian, fitnah, dan intimidasi. Berpartisipasilah secara aktif dalam menciptakan lingkungan online yang positif dan konstruktif.
Pentingnya Literasi Digital
Literasi digital, kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menciptakan konten digital, adalah benteng pertahanan utama dalam menghadapi tantangan di media sosial. Tanpa literasi digital yang memadai, kita rentan terhadap hoaks, manipulasi informasi, dan kejahatan siber. Literasi digital tak hanya mengajarkan kita bagaimana menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana berpikir kritis dan bertanggung jawab dalam dunia digital.
- Mampu membedakan informasi valid dan hoaks.
- Memahami implikasi dari setiap tindakan online.
- Mengetahui cara melindungi diri dari kejahatan siber.
- Berpartisipasi aktif dalam diskusi online yang sehat dan produktif.
Pengaruh Media Sosial terhadap Norma dan Nilai Sosial Budaya
Media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dan membentuk persepsi sosial. Ia dapat memperkuat norma dan nilai positif, namun juga dapat menyebarkan nilai-nilai negatif seperti konsumerisme berlebihan, perbandingan sosial yang tidak sehat, dan tekanan untuk tampil sempurna. Perkembangan tren dan viralitas konten di media sosial juga ikut membentuk norma dan nilai baru, yang kadang kala berbenturan dengan nilai-nilai tradisional.
Contohnya, tren kecantikan tertentu yang dipromosikan secara masif di media sosial dapat menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis dan berdampak negatif pada citra diri individu. Sebaliknya, kampanye positif tentang isu-isu sosial di media sosial dapat mendorong perubahan sosial yang signifikan.
Berbagai Bentuk Kejahatan Siber di Media Sosial
Media sosial, dengan jangkauannya yang luas, menjadi sasaran empuk berbagai kejahatan siber. Dari yang ringan hingga serius, kejahatan ini mengancam keamanan dan kenyamanan pengguna.
| Jenis Kejahatan | Penjelasan | Contoh |
|---|---|---|
| Penipuan | Modus penipuan berkedok investasi bodong, undian berhadiah, atau penjualan barang palsu. | Penipuan berkedok investasi kripto yang menjanjikan keuntungan tinggi dalam waktu singkat. |
| Peretasan Akun | Akun media sosial diretas untuk mencuri informasi pribadi atau menyebarkan konten berbahaya. | Akun media sosial dibajak dan digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian atau meminta uang kepada kontak. |
| Ujaran Kebencian | Penyebaran pesan kebencian yang ditujukan pada individu atau kelompok tertentu. | Komentar yang menghina ras, agama, atau orientasi seksual tertentu. |
| Cyberbullying | Penggunaan media sosial untuk mengintimidasi, melecehkan, atau mengancam seseorang. | Serangan personal secara online yang menyebabkan penderitaan emosional. |
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menciptakan Budaya Digital yang Sehat
Menciptakan budaya digital yang sehat membutuhkan kolaborasi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berperan dalam membuat regulasi yang melindungi pengguna dan memerangi kejahatan siber. Sementara masyarakat berperan aktif dalam meningkatkan literasi digital, menciptakan konten positif, dan melaporkan konten yang melanggar aturan.
- Pemerintah: Penegakan hukum yang tegas terhadap kejahatan siber, penyediaan edukasi literasi digital, dan pembuatan regulasi yang jelas dan komprehensif.
- Masyarakat: Meningkatkan literasi digital pribadi, menciptakan konten positif dan bertanggung jawab, aktif melaporkan konten negatif, dan berpartisipasi dalam kampanye-kampanye literasi digital.